Senin, 24 Maret 2014

Teori Terjadinya Penyakit



TEORI – TEORI TERJADINYA PENYAKIT
Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Penyakit adalah keadaan yang bersifat objektif sedangkan rasa sakit adalah keadaan yang bersifat subjektif. Seseorang yang menderita penyakit belum tentu merasa sakit, sebaliknya tidak jarang ditemukan seseorang yang selalu mengeluh sakit padahal tidak ditemukan penyakit apapun pada dirinya (Azrul Azwar, 1988:18).
KONSEP PENYAKIT
1.      Contagion theory
Di Eropa, epidemi sampar, cacar, dan demam tifus merajalela pada abad 14 dan 15. Pada saat itu mendorong lahirnya teori bahwa kontak dengan makhluk hidup adalah penyebab penyakit menular. Konsep itu dirumuskan oleh Girolamo Fracastoro (1483-1553). Teorinya mengatakan bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui zat penular, yaitu kantagion. Disebut juga teori cara penularan penyakit melalui zat penular. Konsep kontagion muncul pada abad XVI oleh Giralomo Fracastoro (1478-1553). Fracastoro dikenal sebagai salah satu perintis epidemiologi, ia juga dikenal sebagai seorang sastrawan yang terkenal di mana salah satu tokoh pelakunya bernama syphilis, yang hingga sekarang digunakan menjadi nama suatu penyakit kelamin.
Teori mengemukakan bahwa untuk terjadinya penyakit diperlukan kontak antara satu orang dengan orang yang lainnya. Fracastoro membedakan tiga jenis kontangion, yaitu:
1.      Jenis kontangion yang dapat menular melalui kontak langsung misalnya bersentuhan, berciuman, hubungan seksual
2.      Jenis kontangion yang menular melalui benda-benda perantara (benda tersebut tidak tertular, namun mempertahankan benih dan kemudian menularkan pada orang lain) misalnya melalui pakaian, handuk, sapu tangan
3.      Jenis kontangion yang dapat menularkan dalam jarak jauh
Menurut konsep ini sakit terjadi karena adanya proses kontak bersinggungan dengan sumber penyakit. Dapat dikatakan pada masa ini telah ada pemikiran adanya konsep penularan. Pada waktu itu orang belum mengenal kuman atau bakteri, namun mekanisme cara penularan menurut contagion tersebut mirip dengan cara yang dikenal sekarang dalam era bakteriologi. Misalnya dengan contagion dikenal cara penularan melalui kontak langsung (bersentuhan, berciuman, hubungan sex dll), melalui benda perantara (pakaian, sapu tangan, handuk dll) dan melalui udara (jarak jauh)
Teori ini tentu dikembangkan berdasarkan teori penyakit pada masa itu dimana penyakit yang melanda kebanyakan adalah penyakit yang menular yang terjadi adanya kontak langsung. Teori ini bermula dari pengamatan terhadap epidemic dan penyakit lepra di Mesir. Namun teori ini pada jamannya tidak diterima dan tidak berkembang.

2.      Hippocratic theory
Zaman Hippocrates (460-377 SM). Ia dianggap bapak epidemiologi pertama, karena beliaulah yang pertama-tama melihat bahwa penyakit merupakan fenomena massal dan menulis tiga buah buku tentang epidemi. Ia juga menguraikan bahwa penyakit bervariasi atas dasar waktu dan tempat sehingga pada saat itu  ia sebetulnya sudah tahu adanya pengaruh faktor alam/lingkungan yang ikut menentukan terjadinya penyakit. Dapat juga dikatakan bahwa beliau sudah dapat melihat bahwa frekuensi penyakit terdistribusi tidak merata atas dasar berbagai faktor seperti waktu, tempat, atribut orang, dan atau faktor lingkungan lainya. Faktor-faktor sedemikian, yakni yang ikut mempengaruhi terjadinya penyakit, tetapi bukan penyebabnya, disebut faktor determinan atau faktor penentu(Juli Soemirat, 2010:23-24). Jadi Teory Hypocrates menyebutkan, bahwa timbulnya penyakit karena pengaruh Iingkungan terutama: air, udara,tanah, cuaca (tidak dijeIaskan kedudukan manusia dalam Iingkungan).

3.      Miasmatic theory
Teori Miasma, penyakit timbul karena sisa dari mahkluk hidup yang mati membusuk, meninggalkan pengotoran udara dan Iingkungan.
William far menyebutkan bahwa miasma itu uap jasad renik yang membusuk. Hampir sama dengan Hippocratic teori, miasmatic teori menunjukkan gas gas busuk dari perut bumi yang menjadi kausa penyakit. Menurut teori ini penyakit timbul karena sisa dari mahkluk hidup yang mati membusuk, meninggalkan pengotoran udara dan Iingkungan.
            Teori Miasma Hippocrates menjelaskan bahwa penyakit terjadi karena “keracunan” oleh zat kotor yang berasal dari tanah, udara, dan air. Karena itu upaya untuk mencegah epidemi penyakit dilakukan dengan cara mengosongkan air kotor, membuat saluran air limbah, dan melakukan upaya sanitasi (kebersihan). Teori Miasma terus digunakan sampai dimulainya era epidemiologi modern pada paroh pertama abad kesembilan belas (Susser dan Susser, 1996a).
            Teori ini punya arah yang lebih spesifik , namun kurang mampu untuk menjawab pertanyaan berbagai penyakit. Teori miasma ini mulai berkembang pada awal abad ke 18 yaitu pada masa revolusi industri di Inggris, ketika terjadi wabah kholera di aliran sungai Thames. Pada waktu itu orang percaya bahwa bila seseorang menghirup uap busuk, maka ia akan terjangkit penyakit.
            Contoh pengaruh teori miasma adalah timbulnya penyakit malaria. Malaria berasal dari bahasa Italia mal dan aria yang artinya udara yang busuk. Pada masa yang lalu malaria dianggap sebagai akibat sisa-sisa pembusukan binatang dan tumbuhan yang ada di rawa-rawa. Penduduk yang bermukim di dekat rawa sangat rentan untuk terjadinya malaria karena udara yang busuk tersebut.

4.      Germ theory
Teori ini dikemukakan oleh John Snow (1813-1858), seorang dokter ahli anestesi dari Inggris. Ia berhasil membuktikan adanya hubungan antara timbulnya penyakit kholera dengan sumber air minum penduduk. Dari hasil perhitungan ini di kemukakan kesimpulan bahwa air minum yang tercemar dengan tinja manusia adalah penyebab timbulnya penyakit kholera. Kesimpulan ini diambil tanpa mengetahui adanya kuman kholera, karena pengetahuan tentang pengetahuan ini baru kemudian muncul. Pada teori ini jasad renik (germ) dianggap sebagai penyebab tunggal penyakit (Azrul Azwar, 1988:18).

Konsep Timbulnya Penyakit

Konsep dasar timbulnya penyakit diawali dengan adanya penyebab penyakit yang masuk kemudian mengganggu tubuh manusia. Proses mulai awal penyakit sampai terjadinya kerusakan organ atau sistem tubuh atau gangguan faali lazim disebut sebagai proses patogenesis penyakit. Sedangkan urut-urutan proses penyakit yang biasa bertahap dan sedikit demi sedikit sampai timbulnya gejala lazim diberi istilah patofisiologi.
Berikut adalah daur penyakit yang dialami manusia :
1. Inkubasi : masuknya agent ke tubuh
2. Prodromal : gejala sakit jelas
3. Fastigium : pasien jelas sakit
4. Defervescene : dapat atasi penyakit (netralisasi)
5. Convalescene : pemulihan (masih sakit)
6. Defection : penderita sembuh atau cacat

Sumber :
Edison.”PENCEGAHAN PENYAKIT.”Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
http://www.elearning.gunadarma.ac.id (diakses pada tanggal 24 Maret 2014.)

Minggu, 23 Maret 2014

Defenisi Sehat Menurut WHO

Sehat adalah kondisi normal seseorang yang merupakan hak hidupnya. Sehat berhubungan dengan hukum alam yang mengatur tubuh, jiwa, dan lingkungan berupa udara segar, sinar matahari, diet seimbang, bekerja, istirahat, tidur, santai, kebersihan serta pikiran, kebiasaan dan gaya hidup yang baik. Selama beberapa dekade, pengertian sehat masih dipertentangkan para ahli dan belum ada kata sepakat dari para ahli kesehatan maupun tokoh masyarakat dunia. Akhirnya World Health Organization (WHO) membuat defenisi universal yang menyatakan bahwa pengertian sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
WHO (World Health Organization)
Pengertian sehat menurut WHO adalah "Health is a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of diseases or infirmity". Menurut WHO, ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam defenisi sehat yaitu:
1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2. Sehat Mental
Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno "Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat" (Men Sana In Corpore Sano).
3. Sehat Spritual
Spritual merupakan komponen tambahan pada pengertian sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kahidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.
Referensi:
  • Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan Komunitas. Jakarta: EGC.

Senin, 17 Maret 2014

Tugas Epidemiologi



Tugas 1
A.               Masalah Kesehatan
WABAH MALARIA DI
KABUPATEN SARMI PROVINSI PAPUA

1.         FREKUENSI
Angka kesakitan malaria di Kabupaten Sarmi Provinsi Papua dalam kurun waktu 2002-2006 berkisar sebesar 116-248 per 1000 penduduk.Umumnya penderita malaria ditemukan di daerah  – daerah terpencil, daerah pedesaan, daerah transmigrasi, daerah pengungsian penduduk dan sebagian besar dari golongan ekonomi lemah. Dan kasus malaria paling besar di papua
2.    PENYEBARAN
a.      Orang yang Berpotensi Terkena Malaria
Prevalensi menurut umur dan jenis kelamin.Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin lebih berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki- laki, namun kehamilan dapat maningkatkan resiko malaria. Beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang terinfeksi malaria adalah sebagai berikut:
1.              Ras atau suku bangsa
Pada penduduk benua Afrika prevalensi Hemobglobin S (HbS) cukup tinggi sehingga lebih tahan terhadapat infeksi P. Falciparumkarena HbS dapat menghambat perkembangbiakan P.  Falciparum.
2.              Kekurangan enzim
Kekurangan terhadap enzim Glukosa Phospat Dehidrogenase (G6PD) memberikan perlidungan terhadap infeksi P.Falciparu yang berat. Defisiensi terhadap enzim ini diwariskan secara genetik dengan manifestasi utama pada wanita.
3.    Kekebalan pada malaria terjadi apabila tubuh mampu menghancurkan     Plasmodium yang masuk atau mampu menghalangi perkembangannya.Orang yang paling berisiko malaria parah adalah ibu hamil, balita, orang yang dulu tinggal di daerah endemis malaria lalu pindah ke daerah lain yang tidak endemis dan kembali lagi ke daerah asal, juga orang yang kekebalan tubuhnya rendah seperti HIV-AIDS.
Daerah endemis yang dimaksud adalah daerah-daerah yang berisiko tinggi malaria, yaitu daerah-daerah timur seperti di Kabupaten Sarmi Propinsi Papua.
b.  Tempat
Menurut Depkes (2006), tempat perkembangbiakan vektor  malaria dibagi menjadi dua tipe yaitu :
- Tipe permanen, yang terdiri dari:
1.    Rawa-rawa
2.    Sawah non teknis dengan aliran air gunung
3.    Mata air
4.    Kolam
5.    Muara sungai tertutup pasir di pantai
6.    Genangan air payau di pantai
7.    Kobakan air di dasar sungai waktu musim kemarau
8.    Genangan air hujan
9.    Sawah tadah hujan
-          Tipe temporer, yang terdiri dari:
1.        Bendungan
2.        Saluran irigasi
3.        Selokan
4.        Kaleng bekas
Sementara untuk iklim di Kabupaten Sarmi Propinsi Papua memiliki kondisi suhu dan kelembaban yang ideal untuk perkembangan nyamuk dan parasit malaria. Secara teoritis nyamuk bisa terbang hingga 2-3 kilo meter, namun karena pengaruh angin jarak terbang bisa mencapai 40 km. Para ahli banyak memperkirakan bahwa perubahan iklim global turut mempengaruhi penyebaran nyamuk malaria. Nyamuk anopheles yang biasanya hanya ditemukan di dataran rendah sekarang bisa ditemukan di daerah dataran tinggi atau pegunungan yang tingginya diatas 2000 meter dari permukaan laut seperti yang ditemukan di Kabupaten Sarmi Propinsi Papua.
Sebab lainnya karena tempat tinggalnya yang kurang bersih sehingga penyakit lebih cepat menular. Sanitasi di Papua masih kurang sehingga penularan juga cepat terjadi,
-          Mekanisme Penularan
Manusia tertulari malaria jika kemasukan sporozoit  Plasmodium(P. falciparum, P.vivax, P. malariae , atau P. ovale) lewat  gigitan  nyamuk  Anopheles betina yang infeksius. Penularan malaria ke mansia bisa bermacam-macam:
1) Alami secara inokulatif, sporozoit masuk tubuh manusia lewat gigitan nyamuk vektor.
2) Aksidental→ lewat transfusi darah, atau jarum suntik yang terkontaminasi darah berparasit malaria yang hidup  trofozoit langsung ke darah. Secara sengaja dengan suntikan intravena atau transfusi untuk tujuan terapi layuh saraf (paresis)
-    Pemberantasan Malaria
Pemberantasan malaria bertujuan untuk mencegah kematian akibat malaria, terutama jika terjadi KLB, menurunkan angka kematian, menurunkan angka kesakitan (insidensi dan prevalensi), meminimalkan kerugian sosial dan ekonomi akibat malaria. Program pemberantasan malaria dilaksanakan dengan sasaran: 1. Kasus atau penderita yang diagnostik terbukti positif gejala klinis dan parasitnya dalam darah  diberi pengobatan dan perawatan menurut SOP atau protokol bakunya di puskesmas atau rumah sakit; 2. Penduduk daerah endemik diberikan penyuluhan kesehatan dan dibagikan kelambu berinsektisida. 3. Nyamuk vektornya dengan pengendalian vektor cara kimia, hayati atau manajemen lingkungan, atau secara terpadu. 4. Lingkungan→dengan memodifiksi atau memanipulasi lingkungan supaya tidak cocok lagi jadi habitat vektor  vektor pindah tempat atau berkurang kepadatannya secara nyata.

c. Waktu
            Malaria banyak menyerang di saat curah hujan yang tinggi. Malaria menyerang pada siang dan sore hari dimana masyarakat kabupaten Sarmi Propinsi Papua sedang beraktifitas. Apalagi disaat hukjan banyak genangan air di jalanan yang berlobang merupakan tempat singgah yang strategis untuk malaria.

3.                  PENYEBAB MASALAH
Malaria merupakan penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya yang disebabkan oleh parasit malaria/protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk ke dalam tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk malaria  Anophelesbetina (Harijanto, 2000).
Menurut Harijanto (2000), keterbatasan pengetahuan tentang epidemiologi malaria yang terdiri dari biologi parasit, vektor, ekologi manusia dan lingkungan menjadi hambatan dalam menanggulangi malaria.
a.    Faktor Parasit 
Agar dapat hidup terus sebagai spesies, parasit malaria harus ada dalam tubuh manusia untuk waktu yang cukup lama dan menghasilkan gametosit  jantan dan betina pada saat yang sesuai untuk penularan. Parasit juga harus menyesuaikan diri dengan sifat-sifat spesies  nyamuk  Anopheles yang antrofilik agar sporogoni dimungkinkan dan menghasilkan sporozoit  yang infektif. (Harijanto, 2000)
Malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina  Anopheles. Dari 400spesies Anopheles di dunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit  dan dapat menularkan malaria. Di setiap daerah dimana terjadi transmisi malaria biasanya hanya ada 1 atau paling banyak 3 spesies  Anopheles yang menjadi vektor penting. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi vektor malaria.
Nyamuk  Anopheles terutama hidup di daerah tropik dan subtropik, namun bisa juga hidup di daerah beriklim sedang dan bahkan di daerah Antarika. Anopheles jarang ditemukan pada ketinggian 2000 –  2500 m, sebagian Anopheles ditemukan di dataran rendah. Efektifitas vektor untuk menularkan malaria ditentukan hal-hal sebagai berikut:
a) Kepadatan vektor dekat pemukiman manusia.
b) Kesukaan menghisap darah manusia atau antropofilia.
c) Frekuensi menghisap darah (ini tergantung dari suhu).
d) Lamanya sporogoni (berkebangnya parasit dalam nyamuk sehingga menjadi efektif).
e) Lamanya hidup nyamuk harus cukup untuk sporogoni dan kemudian menginfeksi jumlah yang berbeda-beda menurut spesies. (Molineaux,1988)
Nyamuk  Anophelesbetina menggigit antara waktu senja dan subuh, dengan jumlah yang berbeda-beda menurut  spesiesnya. Kebiasaan makan dan istrahat nyamuk  Anophelesdapat dikelompokkan menjadi:
 a) Endofilik : suka tinggal dalam rumah/bangunan.
b) Eksofilik : suka tinggal diluar rumah.
c) Endofagi : menggigit dalam rumah/bangunan.
d) Eksofagi : menggigit diluar rumah/bangunan.
e) Antroprofili : suka menggigit manusia.
f) Zoofili : suka menggigit binatang.

Jarak terbang nyamuk  Anophelesadalah terbatas, biasanya tidak lebih dari 2-3 km dari tempat perkembangbiakan. Bila ada angin yang kuat, nyamuk  Anopheles bisa terbawa sampai 30 km. Nyamuk  Anophelesdapat terbawa pesawat terbang atau kapal laut dan menyebarkan malaria ke daerah yang non endemik .(Harijanto, 2000)

1.      Faktor Manusia
Kekurangan enzim Glukose 6 Phospate Dehydrogenase (G6PD) ternyata dapat memberi perlindungan terhadap infeksi P.falciparumyang berat. Keuntungan dari kurangnya enzim ini ternyata merugikan dari segi pengobatan penderita dengan obat-obatan golongan sulfonamide dan primakuin dimana dapat terjadi hemolisa darah.
Kekebalan/imunitas terhadap penyakit malaria adalah adanya kemampuan tubuh manusia untuk menghancurkan Plasmodium yang masuk atau membatasi perkembangbiakannya. Kekebalan ada dua macam yaitu kekebalan alamiah (natural immunity) dan kekebalan yang didapat (acquired immunity ). Kekebalan yang didapat terbagi menjadi dua jenis yaitu:
a.                   Kekebalan aktif (active immunity ) merupakan penguatan dari mekanisme tubuh sebagai  akibat dari infeksi sebelumnya atau akibat dari vaksinasi.
b.                  Kekebalan pasif ( passive immunity ) yaitu kekebalan yang didapat dari pemindahan antibodi atau zat-zat yang berfungsi aktif dari ibu kepada janinnya atau melalui pemberian serum dari seseorang yang kebal penyakit. (Depkes, 1999)

2.                   Faktor Lingkungan
a.         Lingkungan fisik
Lingkugan fisik terdiri dari suhu, kelembaban, hujan, ketinggian, angin, sinar matahari, arus air dan kadar garam. Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimum berkisar antara 20 sampai 30ºC. Semakin tinggi suhu semakin pendek masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya semakin rendah suhu semakin panjang masa inkubasi ekstrinsik.
Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk, pada kelembaban lebih tinggi menyebabkan aktifitas nyamuk menjadi lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.
Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia. Disamping arah angin sinar matahari juga mempengaruhi pertumbuhan larva nyamuk serta arus air yang deras lebih disukai oleh nyamuk.
b.                  Lingkungan biologik
Lingkungan biologic brupa tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva karena dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan mahluk hidup lainnya, serta adanya tambak ikan juga akan mempengaruhi populasi nyamuk.
c.                   Lingkungan sosial-budaya
                   Lingkungan sosial-budaya seperti kebiasaan beraktifitas manusia untuk berada di luar rumah sampai tengah malam akan memudahkan nyamuk untuk menggigit, perilaku masyarakat terhadap malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan menyehatkan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan menggunakan obat nyamuk.

-          Pengendalian vektor malaria
Pengendalian vektor adalah salah satu cara atau strategi memutus rantai penularan malaria, mengurangi laju penularan dari vektor ke manusia, dengan mencegah dan atau mengurangi jumlah kontak nyamuk vektor-parasit-manusia. Sebagai data dasar (data base) dan parameter keberhasilan pengendalian vektor dengan berkurangnya laju penularan malaria (malaria transmission rate), diperlukan data entomologis. Data entomologis ini mencakup:
1.         Nama spesies nyamuk vektor → dilakukan identifikasi nyamuk stadium dewasa (imago) dan    jentik.
2.             Kepadatan nyamuk:
 a. MBR ( Man biting rate)
 b. MHD (Man hour density )
c.Parity rate, lebih untuk mengetahui umur nyamuk vektor.
Tugas 2.
B.
The mother science of public health dan The
core of public health science is epidemiology
“The core of public health science is epidemiology” begitu tertulis dalam buku yang berjudul Epidemiology Kept Simple yan ditulis oleh B. Burst Gerstman. Epidemiologi melahirkan banyak tokoh mulai dari Hippocrates (460-377 SM), John Graunt (1620 – 1674) , Pierre Charles Louis (1787 – 1872), hingga John Snow (1813 – 1858)
Seorang pemimpin besar dalam dunia kesehatan masyarakat C.E.A Winslow menyebutkan bahwa epidemiologi adlah disiplin diagnostic kesehatan masyarakat, epidemiologi juga disebut sebagai  “the mother science of public health” oleh Blakley (1990).

Tugas 3
C.    Epidemi, Endemi, Pandemi dan Sporadik
A.      Epidemi
Definisi:
Wabah atau epidemi adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar tersebut. Epidemi dipelajari dalam epidemiologi. Dalam epidemiologi, epidemi berasal dari bahasa Yunani yaitu “epi” berarti pada dan “demos” berarti rakyat. Dengan kata lain, epidemi adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. Jumlah kasus baru penyakit di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu disebut incide rate (laju timbulnya penyakit).
Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia , pengertian wabah dapat dikatakan sama dengan epidemi, yaitu “kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Contoh :
ü  Kolera
Penyakit taun atau kolera (juga disebut Asiatic cholera) adalah penyakit menular di saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteriumVibrio cholerae.
Di Provinsi Papua, saat ini terdapat kejadian luar biasa (KLB) diare-kolera yang menyebabkan banyak korban meninggal. Pemerintah sekarang tengah serius menangani kasus KLB diare-kolera tersebut. Data 105 penderita diare-kolera yang dilaporkan meninggal itu, lebih kecil dibandingkan data lapangan yang diperoleh Kompas, yakni sejak April hingga 21 Juli 2008, tercatat 172 penderita diare-kolera yang meninggal (Kompas, 29 Juli 2008).
KLB diare-kolera yang dilaporkan itu terjadi di dua Kabupaten, yaitu di Kabupaten Nabire Distrik Kammu dan Distrik Kammu Utara serta di Kabupaten Paniai Distrik Obano dan Distrik Yatamo, Provinsi Papua. KLB diare-kolera di Kabupaten Nabire mengakibatkan 666 sakit, 97 orang diantaranya meninggal dunia. Korban meninggal paling banyak di Distrik Kammu, yaitu mencapai 66 orang.
Sementara di Kabupaten Paniai berjumlah 52 kasus, 8 orang diantaranya meninggal. Kasus terbanyak ditemukan di Distrik Obano, yaitu mencapai 46 kasus. Pengambilan sampel usap dubur (rectal swab) yang dilakukan baik dari penderita maupun keluarga yang kontak dengan penderita, menunjukkan positif terinfeksi vibrio cholera tipe Ogawa.
B.     Endemi
Definisi:
Endemi adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan ( umumnya penyakit) frekuensinya pada suatu wilayah tertentu menetap dalam waktu yang lama. Kata Endemi berasal dari bahasa Yunani “en” yang artinya di dalam dan “demos” yang artinya rakyat. Terjadi pada suatu populasi dan hanya berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar.
Contoh :
ü  Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut.
Penyakit ini paling banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis di mana parasit Plasmodium dapat berkembang baik begitu pula dengan vektor nyamuk Anopheles.
Sukabumi adalah salah satu daerah endemi malaria. Jumlah warga Kabupaten Sukabumi yang terkena penyakit malaria pada 2013 mencapai sebanyak 216 orang. Angka tersebut menurun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebanyak 325 orang.
ü  Kusta
Penyakit kusta atau juga dikenali sebagai penyakit Hansen juga Leprosy, merupakan penyakit berjangkit yang disebabkan oleh jangkitan Mycobacterium leprae.
Pada tahun 1995, Organisasi Kesihatan Sedunia (WHO) menganggarkan diantara 2 hingga 3 juta orang telah mengalami masalah kecacatan kekal disebabkan kusta dalam satu-satu masa. 20 tahun yang lepas, 15 juta orang seluruh dunia telah pulih dari jangkitan kusta.
Data di Dinas Kesehatan Sumenep, dari total 475 penderita kusta selama tahun 2013, 21 orang diantaranya meninggal, dan 17 orang cacat fisik. Penyakit kusta di Sumenep paling banyak ditemukan di Kecamatan Talango, Pragaan, dan Arjasa
Kepala Bidang Pengendali Masalah Kesehatan, dr. Dwi Regnani, Kamis (13/02/14) menjelaskan bahwa tingginya angka penderita kusta di Sumenep disebabkan beberapa faktor. Salah satunya adalah keaktifan tenaga medis dan paramedis menemukan penderita kusta. Jadi, sebenarnya bisa disebut keberhasilan juga yaitu keberhasilan menemukan penderita kusta, sehingga bisa segera dilakukan pengobatan
Apabila ditemukan jumlah penderita kusta rendah, ada dua kemungkinan. Daerah tersebut memang benar-benar bebas dari kusta, atau sebenarnya ada penderita kusta, tapi tidak terdeteksi. Kemungkinan kedua itu yang berbahaya, karena seperti fenomena gunung es. Terlihat kecil di permukaan, tapi sebenarnya di bawah sangat luas.
C.       Pandemi
Definisi :
Pandemi atau epidemi global atau wabah global adalah kondisi dimana terjangkitnya penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas. Berasal dari bahasa Yunani “pan” yang artinya semua dan “demos” yang artinya rakyat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila ketiga syarat berikut telah terpenuhi :
• Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi bersangkutan,
• Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius,
• Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada manusia.
Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemic hanya karena menewaskan banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang dikenal sebagai kanker menimbulkan angka kematian yang tinggi namun tidak digolongkan sebagai pandemi karena tidak ditularkan.
Contoh :
ü  Flu babi
Flu babi (Inggris:Swine influenza) adalah kasus-kasus influenza yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae yang endemik pada populasi babi. Galur virus flu babi yang telah diisolasi sampai saat ini telah digolongkan sebagai Influenzavirus C atau subtipe genus Influenzavirus A.
WHO secara resmi menyatakan wabah ini sebagai pandemi pada 11 Juni 2009, namun menekankan bahwa pernyataan ini adalah karena penyebaran global virus ini, bukan karena tingkat bahayanya. WHO menyatakan pandemi ini berdampak tidak terlalu parah di negara-negara yang relatif maju, namun dianjurkan untuk mengantisipasi masalah yang lebih berat saat virus menyebar ke daerah dengan sumber daya terbatas, perawatan kesehatan yang buruk, dan bermasalah medis.Laju kematian kasus (case fatality rate atau CFR) galur pandemik ini diperkirakan 0,4 % (selang 0,3%-1,5%).
ü  Kolera
1.    Pandemi pertama, 18161826. Pada mulanya wabah ini terbatas pada daerah anak benua India, dimulai di Bengal, dan menyebar ke luar India pada tahun 1820. Penyebarannya sampai ke Republik Rakyat Cina dan Laut Kaspia sebelum akhirnya berkurang.
2.    Pandemi kedua (1829–1851). mencapai Eropa dan London pada tahun 1832, Ontario Kanada dan New York pada tahun yang sama, dan pesisir Pasifik Amerika Utara pada tahun 1834.
3.    Pandemi ketiga (1852–1860) terutama menyerang Rusia, memakan korban lebih dari sejuta jiwa.
4.    Pandemi keempat (1863–1875) menyebar terutama di Eropa dan Afrika.
5.    Pandemi keenam (1899–1923) sedikit memengaruhi Eropa karena kemajuan kesehatan masyarakat, namun Rusia kembali terserang secara parah.
6.    Pandemi ketujuh dimulai di Indonesia pada tahun 1961, disebut “kolera El Tor” (atau “Eltor”) sesuai dengan nama galur bakteri penyebabnya, dan mencapai Bangladesh pada tahun 1963, India pada tahun 1964, dan Uni Soviet pada tahun 1966.
ü Influenza
1.    “Flu Asiatik”, 1889–1890. Dilaporkan pertama kali pada bulan Mei 1889 di Bukhara, Rusia. Pada bulan Oktober, wabah tersebut merebak sampai Tomsk dan daerah Kaukasus. Wabah ini dengan cepat menyebar ke barat dan menyerang Amerika Utara pada bulan Desember 1889, Amerika Selatan pada Februari–April 1890, India pada Februari–Maret 1890, dan Australia pada Maret–April 1890. Wabah ini diduga disebabkan oleh virus flu tipe H2N8 dan mempunyai laju serangan dan laju mortalitas yang sangat tinggi.
2.    Flu Spanyol“, 1918–1919. Pertama kali diidentifikasi awal Maret 1918 di basis pelatihan militer AS di Fort Riley, Kansas. Pada bulan Oktober 1918 wabah ini sudah menyebar menjadi pandemi di semua benua. Wabah ini sangat mematikan dan sangat cepat menyebar (pada bulan Mei 1918 di Spanyol, delapan juta orang terinfeksi wabah ini), berhenti hampir secepat mulainya, dan baru benar-benar berakhir dalam waktu 18 bulan. Dalam enam bulan, 25 juta orang tewas. Diperkirakan bahwa jumlah total korban jiwa di seluruh dunia sebanyak dua kali angka tersebut. Diperkirakan 17 juta jiwa tewas di India, 500.000 di Amerika Serikat dan 200.000 di Inggris. Virus penyebab wabah tersebut baru-baru ini diselidiki di Centers for Disease Control and Prevention, AS, dengan meneliti jenazah yang terawetkan di lapisan es (permafrostAlaska. Virus tersebut diidentifikasikan sebagai tipe H1N1.
3.    Flu Asia“, 1957–1958. Wabah ini pertama kali diidentifikasi di Tiongkok pada awal Februari 1957, kemudian menyebar ke seluruh dunia pada tahun yang sama. Wabah tersebut merupakan flu burung yang disebabkan oleh virus flu tipe H2N2 dan memakan korban sebanyak satu sampai empat juta orang.
4.    Flu Hong Kong“, 1968–1969. Virus tipe H3N2 yang menyebabkan wabah ini dideteksi pertama kali di Hongkong pada awal 1968. Perkiraan jumlah korban adalah antara 750.000 dan dua juta jiwa di seluruh dunia.
D.      Sporadik
Definisi:
Sporadik adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan ( umumnya penyakit) yang ada di suatu wilayah tertentu frekuensinya berubah-ubah menurut perubahan waktu. 
Contoh :
ü   Poliomielitis
Sejak pertama ditemukan kasus index, virus menyebar dengan cepat dan jumlah anak yang terinfeksi terus meningkat, hingga akhir tahun 2005 jumlah kasus polio liar mencapai 303 pada 46 kabupaten di 10 provinsi di pulau Jawa dan Sumatra. Selain itu pada tahun 2005 di Indonesia juga ditemukan KLB circulating vaccine derived poliovirus (cVDPV) di empat kabupaten di pulau Madura Jawa Timur, dilaporkan VDPVs sebanyak 46 kasus.
Setelah dilakukan upaya penguatan imunisasi rutin dan tambahan (PIN) yang intensif, jumlah kasus virus polio liar menurun. Pada tahun 2006 hanya ditemukan dua kasus. Kasus terakhir (virus polio liar type 1) ditemukan di kabupaten Aceh Tenggara provinsi Aceh dengan onset tanggal 20 Februari 2006. Dua setengah tahun setelah kasus terakhir, belum ada kasus baru yang dilaporkan.
Kasus polio di Indonesia pada tahun 2005 terjadi pertama kali di Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat yang dengan cepat menyebar ke provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Lampung. Data terakhir melaporkan secara total terdapat 295 kasus polio 1 yang tersebar di 10 Provinsi dan 22 kabupaten/kota di Indonesia.













DAFTAR PUSTAKA

1.              Diyna. Epidemiologi Malaria (agst 20,2011). Available
2.       Dinkes R.I. Pemberantasan penyakit/penanggulangan penyakit bersumber binatang(P2B2). Avaliabel
3.      Gunawan S. Epidemiologi Malaria Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemologi, Patogenesis, Manifestasi Klinik dan Penanganan. Jakarta:EGC, 2000;
4.      Rampengan TH. Maria Pada Anak Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemologi, Patogenesis, Manifestasi Klinik dan Penanganan. Jakarta: EGC,2000; Hal 249